PEMIMPIN
NYANYIAN JEMAAT
(SONG LEADER)
(Makalah
ini disampaikan pada Pelatihan Song Leader HKI Resort Medan II)
Disampaikan
oleh: Pdt. Tahan Master Simaremare
TENTANG
PEMIMPIN NYANYIAN ATAU SONG LEADER
Pemimpin
nyanyian jemaat sudah ada dari zaman Daud. Ratusan tahun kemudian, di kalangan
Gereja Barat, pemimpin nyanyian
jemaat adalah orang
yang memiliki cantorship atau kemampuan untuk memimpin nyanyian jemaat dengan lengkap
dalam ibadah. Mereka biasanya disebut procantor (dari bahasa Latin pro artinya di depan/berdiri di depan
atau berdiri untuk dan cantate
artinya menyanyi bersama). Sedangkan tim dari pemimpin nyanyian jemaat
ini disebut Cantoria.
Awalnya,
prokantor adalah pemimpin paduan suara pertama yang memulai nyanyian antiphonal.
Karena itu, prokantor yang dapat menyanyi lebih dahulu, diartikan
sesudah prokantor memimpin“ paduan suara
pertama, maka pemimpin
paduan suara yang
kedua pun menjawabnya
dalam nyanyian berbalasan.
Pemimpin yang kedua ini disebut subcantor.
Di
gereja-gereja yang menerapkan pola ibadah kontemporer (yang lebih bebas), tidak
dikenal istilah prokantor,
melainkan Song Leader/Pemimpin Pujian,
dan juga singers. Istilah-istilah ini
sebetulnya menggambarkan bagian-bagian tugas dari prokantor. Song
Leader sendiri sebetulnya berbeda dengan MC (Master of Ceremony).
Seorang Song Leader memimpin umat untuk memuji Tuhan. Sedangkan seorang MC
menuntun hadirin untuk mengikuti suatu mata-acara ke mata-acara berikutnya
dalam sebuah kegiatan upacara atau pesta. Sekarang ini juga muncul istilah
lain, yaitu Worship Leader (pemimpin penyembahan), namun dalam makalah
ini, istilah Song Leader saya gunakan hanya mencangkup tugas sebagai
pemimpin nyanyian.
Di gereja-gereja
yang menerapkan pola
ibadah kontemporer, kedudukan
paduan suara seringkali digantikan oleh (hanya) tiga atau
empat orang yang berfungsi sebagai backing vocal (singers) atau
penyanyi pendukung. Namun ada
pula yang membentuk
paduan suara dengan
satu orang dirigen,
yang kesemuanya berdiri di belakang song leader.
Jemaat
gereja-gereja di Amerika mempunyai istilah lain untuk pemimpin nyanyian ibadah.
Mereka menggunakan istilah Minister
of Music (Pelayan
Musik), yang fungsinya
dalam ibadah tidak
kalah penting dengan Minister of the Word (Pelayan Firman).
HAL-HAL YANG
PERLU DIPERHATIKAN OLEH SONG LEADER
Tugas Song
Leader saat memilih lagu:
1.
Berdoa;
meminta pimpinan Tuhan untuk pelayanan yang akan dikerjakannya, supaya
mempermuliakan nama Tuhan dan membangun jemaat.
2.
Jangan
memilih lagu yang Anda benar-benar sulit kuasai.
3.
Kita
harus menghayati dan pandai menangkap maksud/pesan yang ingin disampaikan oleh
sebuah lagu, agar dapat menempatkannya pada tempat yang tepat dalam urutan
liturgi kita.
4. Ada
prinsip Melodi tunduk melayani syair. Jadi jangan pilih lagu
berdasarkan melodi yang Anda suka atau karena menurut Anda nadanya enak
didengar.
5.
Pilihlah
lagu yang syairnya:
1)
Berisi
tentang Allah dan ciptaanNya.
Syairnya
mengandung kata ganti orang ketiga tunggal, misalnya mengandung kata Dia
dan -Nya. Biasanya digunakan di bagian awal kebaktian ataupun di bagian
akhir sekali dari kebaktian (untuk lagu pengutusan/penutup ibadah).
2)
Tertuju
kepada Allah dan karya Allah.
Syairnya
mengandung ganti orang kedua tunggal, misalnya Engkau, Kau, Mu.
Digunakan di bagian pertengahan/puncak kebaktian.
3) Berisi
tentang atau kepada . Biasanya digunakan di bagian awal kebaktian.
6.
Sebisa
mungkin memahami latar belakang munculnya sebuah nyanyian. Membaca buku
berjudul Story Behind The Song (Hymne & Kontemporer) karya Yusak I.
Suryana (Jakarta: YIS Production, 2010), dapat menolong. Buku yang lain
berjudul 101 Hymn Stories karya Kenneth W. Osbeck (Grand Rapids: Kregel
Publications, 1982).
7.
Tetapkan
juga musik preludium (musik pengiring untuk saat teduh di awal kebaktian).
8.
Sebisa
mungkin tetapkan juga musik postludium, yaitu permainan musik di akhir
ibadah, setelah ibadah selesai. Permainan di akhir nyanyian jemaat amat sangat
jarang terjadi, namun permainan di akhir ibadah sangat disarankan. Sebaiknya
dimainkan lagu pengutusan atau lagu yang gegap gempita untuk mengantar umat
kembali ke dalam hidup sehari-hari, dan menjadi saksi Kristus di dalam dunia.
Sementara postludium dimainkan, pemimpin nyanyian jemaat dapat meminta
jemaat untuk saling bersalaman.
9.
Pemimpin
nyanyian jemaat meminta pemusik untuk mencari akord sebuah lagu sebelum latihan
dimulai (hal ini kini bisa dilakukan dengan browsing internet), jika
pemusik tidak mengetahui akord lagu yang hendak dimainkan.
10.
Buat
power point dengan memperhatikan ketentuan sebagai berikut:
1)
Jangan
menggunakan gambar latarbelakang yang terlalu ramai, terlalu berwarna-warni,
jangan juga wajah orang tertentu, logo lembaga tertentu, gambar yang mengandung
hak cipta, jangan juga mengandung unsur-unsur tulisan yang tidak mendukung
ibadah, dsb. Jika ingin menggunakan gambar latarbelakang pemandangan, pilihlah
yang warnanya tidak terlalu ramai.
2)
Pilihlah
bentuk huruf yang sederhana dan jelas dibaca dari kejauhan. Kalau bisa setiap
minggu tidak berubah-ubah bentuk hurufnya.
3)
Pilihlah
warna huruf yang kontras dengan gambar latarbelakangnya, sehingga mudah dibaca.
4)
Ukuran
huruf jangan terlalu kecil.
5)
Letakkan
minimal, satu bait untuk satu kali tampilan layar. Jangan paksakan ada lebih
dari satu bait dalam satu kali tampilan layar. Ini dapat menyebabkan tulisan
menjadi terlalu kecil dan sulit dibaca.
6)
Simpan
file powerpoint dalam format yang dapat dibuka kembali dari laptop/komputer
operator/gereja.
Tugas Song
Leader terkait dengan latihan
1.
Sadar
bahwa latihan bersama pemusik itu penting. Peran musik dalam mengiringi
nyanyian ibadah sangat penting untuk menentukan suasana ibadah. Namun iringan
musik dapat pula merusak suasana ibadah bila tidak disiapkan dengan baik. Itu
sebabnya, latihan itu penting!
2.
Berdoa;
meminta pimpinan Tuhan untuk pelayanan yang akan dikerjakannya, supaya
mempermuliakan nama Tuhan dan membangun jemaat.
3.
Bersama
pemusik memilih jenis musik atau genre yang tepat untuk lagu tersebut. Ingat
tidak semua nyanyian perlu atau dapat diiringi dengan alat musik organ, piano,
atau gitar. Juga tidak semua nyanyian dapat diiringi dengan band. Ada
cukup banyak nyanyian jemaat yang jauh lebih indah jika dinyanyikan oleh Paduan
Suara saja, atau secara a cappella (tanpa iringan), atau hanya dengan
iringan perkusi sederhana.
4.
Melatih
diri untuk menyanyi sesuai dengan tempo atau ritme dari nyanyian jemaat. Tempo
adalah cepat lambatnya sebuah lagu dinyanyikan. Sebetulnya, tempo nyanyian
jemaat tidak ditentukan oleh pemain musik, pemandu nyanyian, atau bahkan oleh
jemaat, melainkan oleh lagu itu sendiri. Namun pada prakteknya, tempo
ditentukan juga oleh akustik gedung gereja (berapa panjang gaungnya) dan
besar-kecilnya jemaat. Semakin panjang gaung suatu ruangan dan semakin besar
jumlah jemaat, semakin lambat temponya, juga sebaliknya. Karena itu, yang
paling utama dalam penentuan tempo adalah syair dan karakter lagu. Apakah
syairnya merupakan pujian, doa, atau ratapan? Pesan apa yang ingin disampaikan?
Dalam hal ini, pemimpin nyanyian jemaat maupun pemusik harus memahami lebih
dahulu lagu-lagu yang akan dinyanyikan, sehingga keindahan dan kemegahannya
dapat ditampilkan dengan baik.
5.
Jantung
dari musik adalah pesan lagu. Hal ini berhubungan erat dengan pengalimatan
(frasering) dan memberi kesempatan kepada umat untuk mengambil nafas di akhir
tiap kalimat. Jika pengiring tidak memberi kesempatan untuk mengambil nafas
saat menyanyi, umat terengah-engah. Pesan yang disampaikan tidak dapat diterima
dan dimengerti dengan baik. Frasering adalah cara untuk mengungkapkan
kalimat (musik) tersebut, sehingga musik menjadi lebih hidup dan dapat
dimengerti. Jika kita mengerti isi dari syair tersebut, maka kita dapat
merenungkan dan menyimpannya dalam hati.
6.
Perhatikan
tonalitas, yaitu nada dasar dari tiap lagu. Tidak memperhatikan hal ini, dapat
merusak suasana ibadah. Tentang penggunaan nada dasar juga terindikasi dalam
Mazmur 6:1 dan 12:1.
7.
Perhatikan
intro. Intro menentukan kapan umat mulai menyanyi. Intro harus
dimainkan sesuai tempo yang tepat dan jemaat harus menyanyi dengan tempo yang
sama. Intro tidak boleh terlalu panjang atau terlalu pendek (umumnya
tidak kurang dari 2 bar, dan tidak lebih dari 4 bar). Biasanya intro
merupakan gabungan dan cuplikan awal lagu (untuk mengingat jemaat tentang
melodi lagu tersebut) dan cuplikan dari akhir lagu (agar jemaat mudah
memulainya). Sebaiknya intro dimainkan secara sederhana, karena apabila
terlalu rumit, akan menyulitkan jemaat.
8.
Perhatikan
Interludium (atau biasa disebut saja interlud), adalah jembatan
yang menghubungkan antara bait yang satu dengan lainnya. Fungsinya untuk:
1)
Mengisi
kekosongan jika syair nyanyian sudah selesai padahal petugas kolekte belum
selesai mengumpulkan kolekte;
2)
Untuk
memberikan kesempatan umat beristirahat (mengambil nafas) ketika menyanyikan
lagu-lagu yang panjang dengan nada-nada tinggi;
3)
Digunakan
ketika pemusik hendak menaikkan ketinggian nada.
Jangan
asal memenggal bait dari lagu yang dinyanyikan berdasarkan kebiasaan saja.
Kalau syair lagu tersebut berkaitan dari bait 1 hingga bait 3, maka jangan asal
penggal saja sebelum bait 3.
9.
Pemimpin
nyanyian jemaat perlu mengingatkan pemusik agar volume alat musik elektronik,
tidak mendominasi nyanyian jemaat. Volume musik yang terlalu keras akan membuat
umat berteriak dalam menyanyi, atau sebaliknya membuat jemaat diam karena
mereka tidak bisa mendengar suaranya. Para pemain musik perlu menolong umat
agar dapat memuji Tuhan dengan baik. Besar kecilnya ruangan sangat perlu
diperhatikan. Dalam ruangan kecil, tidak diperlukan suara iringan musik yang
keras.
Tugas Pemimpin
Nyanyian Jemaat ketika memimpin menyanyi di hadapan jemaat:
1.
Berdoa
syukur bersama-sama seluruh pelayan ibadah sebelum dan sesudah ibadah.
2.
Ingat!
Anda bertugas “memimpin jemaat bernyanyi” bukan untuk tampil solo bak artis,
atau untuk pamer kemampuan bernyanyi atau memimpin, dan juga bukan untuk
berkotbah.
3.
Perhatikan
pengkalimatan dan jangkauan suara. Sebagai pemimpin, suara Anda harus tegas,
jelas, dan memotivasi. Ingat tugas Anda adalah memimpin. Anda melupakan hal
ini, berarti Anda berdosa membuang waktu jemaat dengan ibadah yang tidak
tertib, dan justru memancing jemaat untuk berolok-olok dan menghina Tuhan
melalui perilaku mereka. Nada suara yang pertama kali keluar dari mulut Anda harus
meyakinkan dan mantap, karena hal ini sangat penting dan menentukan.
4.
Mengajak
jemaat dengan kalimat-kalimat positif.
Lakukan, misalnya, dengan
membacakan Mazmur 117: “Pujilah Tuhan, hai segala bangsa, megahkanlah Dia,
hai segala suku bangsa!”Jangan mengancam, menyindir, atau
merendahkan jemaat.
5.
Tersenyumlah,
tapi jangan bermain-main senyum kepada jemaat; jangan terlalu banyak
menoleh-noleh ke arah pemain musik atau layar power point, dan jangan
hanya menunduk malu. Terlalu sering atau terlalu lama menunduk menyiratkan
ketidakjujuran dan keragu-raguan.
6.
Perhatikan
bahasa tubuh. Jangan berdiri dengan miring dan malas-malasan. Jangan melipat
tangan sebelah atau keduanya, di depan perut. Jangan berkacak pinggang. Biarkan
tangan Anda terbuka, luwes, tidak ragu mengangkat tangan. Perhatikan cara
bertepuk tangan Anda, karena bisa ditiru jemaat.
7.
Apabila
diperlukan, beritahukan secara singkat sejarah munculnya sebuah nyanyian.
8.
Mengajarkan
kepada jemaat bagaimana cara menyanyikan lagu yang sulit atau lagu baru, dengan
baik dan benar, sehingga maksud dan pesan yang ingin disampaikan oleh lagu
tersebut dapat tercapai. Sebaiknya dilakukan di awal sekali, 5 menit sebelum
kebaktian dimulai (sebelum saat teduh). Ketika ibadah sudah berlangsung, dan
jemaat salah menyanyikan nyanyian, Anda dapat menghentikan jemaat dan
mengajarkan yang benar.
9.
Apabila
Pemimpin Nyanyian Jemaat memutuskan untuk memimpin menyanyikan hymne,
sebaiknya bait yang dinyanyikan tidak melompat, misalnya dari bait 1 melompat
ke bait 3, dst. Jika baitnya cukup banyak, pemimpin jemaat untuk menyanyikannya
dengan variasi, misalnya bait 1 dinyanyikan oleh seluruh jemaat, bait 2 oleh
kaum perempuan, bait 3 oleh kaum pria, bait 4 oleh paduan suara, bait 5 kembali
oleh seluruh jemaat. Sebetulnya ini juga berlaku untuk semua lagu.
10.
Jangan
mengkritik para pemain musik atau membantah mereka di depan umum. Jangan pula
menggelengkan kepala ketika mendengar anggota tim musiknya (cantoria) melakukan
kesalahan.
11.
Dalam
ibadah kontemporer (ibadah masa kini yang lebih bebas), penggunaan “kode jari” juga
penting diketahui, sebagai sarana komunikasi antara pemimpin nyanyian jemaat
dengan pemusik pengiring. Diantaranya:
1)
Jari
telunjuk (satu jari). Tanda bahwa lagu dinyanyikan dari bagian awal sekali.
2)
Jari
telunjuk dan Jari Tengah (dua jari). Tanda bahwa lagu dinyanyikan dari refrain.
3)
Jari
kelingking (satu jari). Tanda bahwa bagian terakhir sekali dari lagu diulangi
satu kali.
4)
Jari
kelingking dan jari manis (dua jari). Tanda bahwa bagian terakhir sekali dari
lagu diulangi dua kali.
5)
Jari
kelingking, jari manis, dan jari tengah (tiga jari). Tanda bahwa bagian
terakhir sekali dari lagu diulangi tiga kali.
6)
Jari
jempol mengarah ke atas (satu jari). Tanda bahwa nada dasar harus dinaikkan.
7)
Jari
telunjuk (satu jari) diputar-putar. Musik terus dimainkan (meskipun saat itu
pujian jemaat tidak lagi dinyanyikan).
8)
Tangan
mengepal. Tanda bahwa lagu berakhir atau musik diam.
9)
Tangan
terbuka memotong leher. Tanda bahwa nada dasar harus diturunkan.
Perlu
diperhatikan agar ketika pemimpin nyanyian jemaat memberikan kode-kode ini
kepada pemusik, tidak dilakukan terlalu mencolok sehingga dilihat jemaat,
karena dapat mengalihkan perhatian jemaat (cukup mengganggu).
12. Pemimpin
nyanyian jemaat hendaknya jangan berdiri di depan loudspeaker (pembesar suara)
ketika sedang memegang mikrofon dalam kondisi menyala, karena dapat menimbulkan
feedback. Pemimpin nyanyian jemaat hendaknya memegang mikrofon dengan mantap;
hindari sikap tangan atau jari yang tidak perlu, misalnya memegang mikrofon
dengan jari manis dan jari kelingking di angkat.
KESIMPULAN: SONG
LEADER DI HKI
Apa
itu songleader? Song = nyanyian; leader = pemimpin. Jadi songleader adalah
pemimpin nyanyian dalam ibadah. Apa fungsi dari songleader? Fungsi songleader
adalah memimpin jemaat bernyanyi sesuai dengan apa yang tertulis dalam nyanyian
dari buku nyanyian yang dipakai atau diakui oleh HKI (Buku Ende, Kidung Jemaat dan
Pelengkap Kidung Jemaat, Nyanyian Rohani, Nyanyian Kidung Baru, dll) baik dalam
notasi, rhythm, irama dan tempo yang diinginkan oleh pencipta lagunya. Saat ini
sudah banyak gereja-gereja di HKI yang menggunakan songleader dalam ibadah,
namun banyak dari mereka tidak memahami apa itu songleader. Mengapa disebut
demikian? Karena banyak songleader di gereja mengartikan songleader itu adalah
penyanyi solo. Hal ini dapat terlihat suara songleader jauh lebih kuat dari
jemaat, sehingga jemaat dibuat jenuh dan akhirnya malas untuk bernyanyi
dikarenakan mereka merasa tidak lagi ada gunanya bernyanyi karena sudah
didominasi oleh songleader. Dan yang lebih parah lagi, banyak songleader
bernyanyi tidak sesuai dengan notasi yang tertulis, itu sama saja dengan tidak
ada gunanya songleader, malah bisa dikatakan sok pamer (maaf jika terlalu
kasar), karena songleader bukanlah penyanyi solo, ataupun guru menyanyi tapi
songleader adalah menjadi panutan bagi jemaat untuk bernyanyi dengan benar,
baik dari teori musik maupun dari rasa lagu yang dinyanyikan. Jadi apa saja
modal yang harus didapat oleh songleader?
- Pelayanan
Seorang
songleader adalah pelayan Tuhan yang bekerja di ladang Tuhan. Seorang pelayan
dituntut bekerja tanpa menuntut lebih kepada dirinya, karena apa yang kita
dapat semua itu berasal dari Tuhan. Song leader dituntut dapat bernyanyi
dalam roh, hal ini diharapkan agar pada saat bernyanyi dapat menghayati
lagu yang dinyanyikan sesuai dengan permintaan lagu yang dinyanyikan. Misalnya
lagu pada saat mengaku dosa (manopoti dosa), dinyanyikan dengan perasaan
mendalam karena lagu tersebut lebih diarahkan kepada lagu penghiburan ataupun
mengingat pengorbanan Tuhan Yesus untuk kita manusia. Namun pada saat lagu
sukacita, songleader harus mampu menyanyikan lagu yang dibawakan dengan hati
yang sukacita. Song leader juga diharapkan mempunyai sifat rendah hati
dan penyabar, kenapa? Karena banyak songleader menjadi merasa super dan
tinggi hati karena mereka merasa mereka sangat pintar dan menjadi orang penting
dengan posisi mereka dan tidak lagi mau mementingkan kepentingan
disekelilingnya. Misalnya songleader tidak mau perduli apakah suaranya lebih
mendominasi atau dia tidak bisa dikritik karena suaranya lebih menonjol,
notasinya salah, dll. Hal ini bisa menyebabkan batu sandungan bagi banyak orang
dan membuat hati orang menjadi berdosa dikarenakan sikap kita. Persiapan dari
seorang songleader adalah dia merasa dirinya bukanlah seorang penyanyi atau pun
seorang super, tapi dia menyadari bahwa pekerjaannya adalah suatu pekerjaan
sukarela dan tidak terpaksa, menyadari mereka terpanggil dikarenakan mereka
punya talenta yang luar biasa diberikan Tuhan dan mereka memberikan talenta itu
kembali untuk diberikan kepada gereja/jemaat yang membutuhkan. Selain itu
mereka juga harus mempunyai kesungguhan dan keseriusan dengan memakai
kesempatan yang ada untuk pembelajaran (disiplin). Disiplin dalam melatih vokal
dan seirama dengan pemain organ (pengiring lagu/nyanyian).
- Vokal
Seorang
songleader dituntut dapat bernyanyi dengan baik, tapi bukan dituntut menjadi
seorang penyanyi (dalam arti kata seperti artis). Songleader mempunyai modal
suara yang baik (tidak fals atau goyah), untuk mendapatkan vokal ataupun suara
yang diinginkan haruslah belajar teknik vokal. Songleader haruslah mempunyai
rasa percaya diri yang tinggi (hati-hati: bukan mengarah ke sombong) agar suara
yang dikeluarkan tidak fals atau goyah. Suara yang diinginkan dalam bernyanyi
adalah suara yang merdu bukan suara cempreng, kasar, singil, dll yang
memekakkan telinga pendengar. Jangkauan suara yang diinginkan juga harus dapat
dinyanyikan dengan baik, misalnya jangkauan yang tinggi tidak menjerit dan
jangkauan rendah tidak terdengar suara tercekek malah kadang tidak terdengar.
Penyebutan a, i, u, e, o dalam vokal harus jelas, dimana bentuk mulut dan
rahang yang benar akan membentuk vokal kearah yang baik dan merdu.
- Teknik
bernyanyi
Seorang
songleader diharapkan mempunyai modal memahami teori musik, dengan
mengenal notasi, rhythm, irama dan tempo, dll. Memang tidak semua songleader
dapat mengenal teori musik, namun semua itu dapat tertutupi jika dapat bekerja
sama dengan pemain musiknya (pengiring nyanyian). Dengan kerja sama yang baik
akan mendapat hasil yang baik pula. Jadi sangat dituntut kepada songleader
ataupun pengiring untuk dapat mengenal teori musik dengan baik, tanpa itu akan
sia-sia. Selain itu songleader juga diharapkan mempunyai teknik pernafasan
dengan baik dan benar, karena akan tidak enak terdengar jika seorang songleader
bernyanyi dengan nafas yang terputus-putus atau tersengal-sengal, membuat orang
yang mendengarnya merasa jengah dan cape. Seorang songleader juga dituntut
dapat memakai microphone dengan baik, karena akan terdengar tidak enak
jika suara tinggi dinyanyikan dengan posisi mic dekat ke mulut akan terjadi
suara sound system berbunyi nyaring dan yang mendengar akan menutup telinganya
dan sebaliknya jika terlalu jauh akan dipastikan suara tidak terdengar oleh
jemaat. Pemakaian artikulasi dalam menyebut kata haruslah jelas terlebih
pada penekanan akhir kata seperti Tuhan diucapkan jadi Tuha, dll.
- Pembawaan
lagu
Songleader
diharapkan dapat membawakan lagu dengan baik dan indah, hal ini bisa didapat
dengan membawakan nyanyian melalui sisi penghayatan yang baik. Dimana
penghayatan yang diinginkan dapat menggugah orang yang mendengarnya dan ikut
merasakan apa yang kita rasakan. Jika kita tidak mengerti apa yang tertuang
dalam syair lagu bisa dipastikan orang yang mendengarnya juga tidak merasakan
apa-apa alias mati rasa. Banyak orang menyanyikan lagu yang girang dinyanyikan
dengan tempo yang lambat dan sebaliknya tempo yang lambat/anggun dinyanyikan
dengan tempo dan rasa yang sukacita. Lagu yang harusnya dinyanyikan dengan
setengah suara dinyanyikan dengan suara yang menjerit begitu juga sebaliknya.
PENUTUP
Jelas
seorang songleader bukanlah penyanyi (artis) tapi songleader adalah pelayan
Tuhan yang membimbing jemaatnya bernyanyi dengan benar dan mengarahkan hati dan
pikirannya lebih dekat ke Tuhan melalui puji-pujian. Dengan memberikan hati dan
pikiran kita untuk gereja, Tuhan pasti memberikan yang terbaik untuk kita.
Selamat berlatih dan selamat melayani. Tuhan memberkati.
Sumber:
GKI,
BPMS.
2012 Musik Dalam Ibadah Komisi Liturgi
dan Musik Sinode GKI.
Jakarta:
Grafika KreasIndo.
Hibbert,
Mike, dan Viv Hibbert.
2001 Pelayanan Musik, terj. Hariyono
dan Xavier Q.P.
Yogyakarta:
Andi
Mawane, M.Th.
2004 Gereja
yang Bernyanyi: Menghidupkan Ibadah dengan Lagu.
Yogyakarta:
Andi
Osbeck, Kenneth W.
1982 101
Hymn Stories.
Grand
Rapids: Kregel Publications
Suryana,
Yusak I.
2010 Story Behind the Song Hymne &
Kontemporer (Kisah di Balik Lagu).
Jakarta:
YIS Production.
amang, boleh kupakai utk bahan tesisku ya mang.mauliate
BalasHapus