Selasa, 05 April 2016

PELATIHAN SONG LEADER-2

PEMIMPIN NYANYIAN JEMAAT
(SONG LEADER)
(Makalah ini disampaikan pada Pelatihan Song Leader HKI Resort Medan II)
Disampaikan oleh: Pdt. Tahan Master Simaremare


TENTANG PEMIMPIN NYANYIAN ATAU SONG LEADER

Pemimpin nyanyian jemaat sudah ada dari zaman Daud. Ratusan tahun kemudian, di kalangan Gereja Barat,  pemimpin  nyanyian  jemaat  adalah  orang  yang  memiliki  cantorship  atau  kemampuan  untuk memimpin nyanyian jemaat dengan lengkap dalam ibadah. Mereka biasanya disebut procantor (dari bahasa Latin pro   artinya di depan/berdiri di depan atau berdiri untuk   dan cantate artinya menyanyi bersama). Sedangkan tim dari pemimpin nyanyian jemaat ini disebut Cantoria.

Awalnya, prokantor adalah pemimpin paduan suara pertama yang memulai nyanyian antiphonal. Karena itu, prokantor yang dapat menyanyi lebih dahulu, diartikan sesudah prokantor memimpin“ paduan suara  pertama,  maka  pemimpin  paduan  suara  yang  kedua  pun  menjawabnya  dalam  nyanyian berbalasan. Pemimpin yang kedua ini disebut subcantor.

Di gereja-gereja yang menerapkan pola ibadah kontemporer (yang lebih bebas), tidak dikenal istilah prokantor,  melainkan  Song  Leader/Pemimpin  Pujian,  dan  juga  singers.  Istilah-istilah  ini  sebetulnya menggambarkan bagian-bagian tugas dari prokantor. Song Leader sendiri sebetulnya berbeda dengan MC (Master of Ceremony). Seorang Song Leader memimpin umat untuk memuji Tuhan. Sedangkan seorang MC menuntun hadirin untuk mengikuti suatu mata-acara ke mata-acara berikutnya dalam sebuah kegiatan upacara atau pesta. Sekarang ini juga muncul istilah lain, yaitu Worship Leader (pemimpin penyembahan), namun dalam makalah ini, istilah Song Leader saya gunakan hanya mencangkup tugas sebagai pemimpin nyanyian.

Di  gereja-gereja  yang  menerapkan  pola  ibadah  kontemporer,  kedudukan  paduan  suara  seringkali digantikan oleh (hanya) tiga atau empat orang yang berfungsi sebagai backing vocal (singers) atau penyanyi pendukung.  Namun  ada  pula  yang  membentuk  paduan  suara  dengan  satu  orang  dirigen,  yang kesemuanya berdiri di belakang song leader.

Jemaat gereja-gereja di Amerika mempunyai istilah lain untuk pemimpin nyanyian ibadah. Mereka menggunakan  istilah  Minister  of  Music  (Pelayan  Musik),  yang  fungsinya  dalam  ibadah  tidak  kalah penting dengan Minister of the Word (Pelayan Firman).

HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN OLEH SONG LEADER

Tugas Song Leader saat memilih lagu:
1.      Berdoa; meminta pimpinan Tuhan untuk pelayanan yang akan dikerjakannya, supaya mempermuliakan nama Tuhan dan membangun jemaat.
2.      Jangan memilih lagu yang Anda benar-benar sulit kuasai.
3.      Kita harus menghayati dan pandai menangkap maksud/pesan yang ingin disampaikan oleh sebuah lagu, agar dapat menempatkannya pada tempat yang tepat dalam urutan liturgi kita.
4.   Ada prinsip Melodi tunduk melayani syair. Jadi jangan pilih lagu berdasarkan melodi yang Anda suka atau karena menurut Anda nadanya enak didengar.
5.      Pilihlah lagu yang syairnya:
1)      Berisi tentang Allah dan ciptaanNya.
Syairnya mengandung kata ganti orang ketiga tunggal, misalnya mengandung kata Dia dan -Nya. Biasanya digunakan di bagian awal kebaktian ataupun di bagian akhir sekali dari kebaktian (untuk lagu pengutusan/penutup ibadah).
2)      Tertuju kepada Allah dan karya Allah.
Syairnya mengandung ganti orang kedua tunggal, misalnya Engkau, Kau, Mu. Digunakan di bagian pertengahan/puncak kebaktian.
3)   Berisi tentang atau kepada . Biasanya digunakan di bagian awal kebaktian.

6.      Sebisa mungkin memahami latar belakang munculnya sebuah nyanyian. Membaca buku berjudul Story Behind The Song (Hymne & Kontemporer) karya Yusak I. Suryana (Jakarta: YIS Production, 2010), dapat menolong. Buku yang lain berjudul 101 Hymn Stories karya Kenneth W. Osbeck (Grand Rapids: Kregel Publications, 1982).

7.      Tetapkan juga musik preludium (musik pengiring untuk saat teduh di awal kebaktian).

8.      Sebisa mungkin tetapkan juga musik postludium, yaitu permainan musik di akhir ibadah, setelah ibadah selesai. Permainan di akhir nyanyian jemaat amat sangat jarang terjadi, namun permainan di akhir ibadah sangat disarankan. Sebaiknya dimainkan lagu pengutusan atau lagu yang gegap gempita untuk mengantar umat kembali ke dalam hidup sehari-hari, dan menjadi saksi Kristus di dalam dunia. Sementara postludium dimainkan, pemimpin nyanyian jemaat dapat meminta jemaat untuk saling bersalaman.

9.      Pemimpin nyanyian jemaat meminta pemusik untuk mencari akord sebuah lagu sebelum latihan dimulai (hal ini kini bisa dilakukan dengan browsing internet), jika pemusik tidak mengetahui akord lagu yang hendak dimainkan.

10.  Buat power point dengan memperhatikan ketentuan sebagai berikut:
1)      Jangan menggunakan gambar latarbelakang yang terlalu ramai, terlalu berwarna-warni, jangan juga wajah orang tertentu, logo lembaga tertentu, gambar yang mengandung hak cipta, jangan juga mengandung unsur-unsur tulisan yang tidak mendukung ibadah, dsb. Jika ingin menggunakan gambar latarbelakang pemandangan, pilihlah yang warnanya tidak terlalu ramai.
2)      Pilihlah bentuk huruf yang sederhana dan jelas dibaca dari kejauhan. Kalau bisa setiap minggu tidak berubah-ubah bentuk hurufnya.
3)      Pilihlah warna huruf yang kontras dengan gambar latarbelakangnya, sehingga mudah dibaca.
4)      Ukuran huruf  jangan terlalu kecil.
5)      Letakkan minimal, satu bait untuk satu kali tampilan layar. Jangan paksakan ada lebih dari satu bait dalam satu kali tampilan layar. Ini dapat menyebabkan tulisan menjadi terlalu kecil dan sulit dibaca.
6)      Simpan file powerpoint dalam format yang dapat dibuka kembali dari laptop/komputer operator/gereja.

Tugas Song Leader terkait dengan latihan
1.      Sadar bahwa latihan bersama pemusik itu penting. Peran musik dalam mengiringi nyanyian ibadah sangat penting untuk menentukan suasana ibadah. Namun iringan musik dapat pula merusak suasana ibadah bila tidak disiapkan dengan baik. Itu sebabnya, latihan itu penting!

2.      Berdoa; meminta pimpinan Tuhan untuk pelayanan yang akan dikerjakannya, supaya mempermuliakan nama Tuhan dan membangun jemaat.

3.      Bersama pemusik memilih jenis musik atau genre yang tepat untuk lagu tersebut. Ingat tidak semua nyanyian perlu atau dapat diiringi dengan alat musik organ, piano, atau gitar. Juga tidak semua nyanyian dapat diiringi dengan band. Ada cukup banyak nyanyian jemaat yang jauh lebih indah jika dinyanyikan oleh Paduan Suara saja, atau secara a cappella (tanpa iringan), atau hanya dengan iringan perkusi sederhana.

4.      Melatih diri untuk menyanyi sesuai dengan tempo atau ritme dari nyanyian jemaat. Tempo adalah cepat lambatnya sebuah lagu dinyanyikan. Sebetulnya, tempo nyanyian jemaat tidak ditentukan oleh pemain musik, pemandu nyanyian, atau bahkan oleh jemaat, melainkan oleh lagu itu sendiri. Namun pada prakteknya, tempo ditentukan juga oleh akustik gedung gereja (berapa panjang gaungnya) dan besar-kecilnya jemaat. Semakin panjang gaung suatu ruangan dan semakin besar jumlah jemaat, semakin lambat temponya, juga sebaliknya. Karena itu, yang paling utama dalam penentuan tempo adalah syair dan karakter lagu. Apakah syairnya merupakan pujian, doa, atau ratapan? Pesan apa yang ingin disampaikan? Dalam hal ini, pemimpin nyanyian jemaat maupun pemusik harus memahami lebih dahulu lagu-lagu yang akan dinyanyikan, sehingga keindahan dan kemegahannya dapat ditampilkan dengan baik.

5.      Jantung dari musik adalah pesan lagu. Hal ini berhubungan erat dengan pengalimatan (frasering) dan memberi kesempatan kepada umat untuk mengambil nafas di akhir tiap kalimat. Jika pengiring tidak memberi kesempatan untuk mengambil nafas saat menyanyi, umat terengah-engah. Pesan yang disampaikan tidak dapat diterima dan dimengerti dengan baik. Frasering adalah cara untuk mengungkapkan kalimat (musik) tersebut, sehingga musik menjadi lebih hidup dan dapat dimengerti. Jika kita mengerti isi dari syair tersebut, maka kita dapat merenungkan dan menyimpannya dalam hati.

6.      Perhatikan tonalitas, yaitu nada dasar dari tiap lagu. Tidak memperhatikan hal ini, dapat merusak suasana ibadah. Tentang penggunaan nada dasar juga terindikasi dalam Mazmur 6:1 dan 12:1.

7.      Perhatikan intro. Intro menentukan kapan umat mulai menyanyi. Intro harus dimainkan sesuai tempo yang tepat dan jemaat harus menyanyi dengan tempo yang sama. Intro tidak boleh terlalu panjang atau terlalu pendek (umumnya tidak kurang dari 2 bar, dan tidak lebih dari 4 bar). Biasanya intro merupakan gabungan dan cuplikan awal lagu (untuk mengingat jemaat tentang melodi lagu tersebut) dan cuplikan dari akhir lagu (agar jemaat mudah memulainya). Sebaiknya intro dimainkan secara sederhana, karena apabila terlalu rumit, akan menyulitkan jemaat.

8.      Perhatikan Interludium (atau biasa disebut saja interlud), adalah jembatan yang menghubungkan antara bait yang satu dengan lainnya. Fungsinya untuk:

1)      Mengisi kekosongan jika syair nyanyian sudah selesai padahal petugas kolekte belum selesai mengumpulkan kolekte;
2)      Untuk memberikan kesempatan umat beristirahat (mengambil nafas) ketika menyanyikan lagu-lagu yang panjang dengan nada-nada tinggi;
3)      Digunakan ketika pemusik hendak menaikkan ketinggian nada.

Jangan asal memenggal bait dari lagu yang dinyanyikan berdasarkan kebiasaan saja. Kalau syair lagu tersebut berkaitan dari bait 1 hingga bait 3, maka jangan asal penggal saja sebelum bait 3.

9.      Pemimpin nyanyian jemaat perlu mengingatkan pemusik agar volume alat musik elektronik, tidak mendominasi nyanyian jemaat. Volume musik yang terlalu keras akan membuat umat berteriak dalam menyanyi, atau sebaliknya membuat jemaat diam karena mereka tidak bisa mendengar suaranya. Para pemain musik perlu menolong umat agar dapat memuji Tuhan dengan baik. Besar kecilnya ruangan sangat perlu diperhatikan. Dalam ruangan kecil, tidak diperlukan suara iringan musik yang keras.

Tugas Pemimpin Nyanyian Jemaat ketika memimpin menyanyi di hadapan jemaat:
1.      Berdoa syukur bersama-sama seluruh pelayan ibadah sebelum dan sesudah ibadah.

2.      Ingat! Anda bertugas “memimpin jemaat bernyanyi” bukan untuk tampil solo bak artis, atau untuk pamer kemampuan bernyanyi atau memimpin, dan juga bukan untuk berkotbah.

3.      Perhatikan pengkalimatan dan jangkauan suara. Sebagai pemimpin, suara Anda harus tegas, jelas, dan memotivasi. Ingat tugas Anda adalah memimpin. Anda melupakan hal ini, berarti Anda berdosa membuang waktu jemaat dengan ibadah yang tidak tertib, dan justru memancing jemaat untuk berolok-olok dan menghina Tuhan melalui perilaku mereka. Nada suara yang pertama kali keluar dari mulut Anda harus meyakinkan dan mantap, karena hal ini sangat penting dan menentukan.

4.      Mengajak jemaat  dengan  kalimat-kalimat  positif.  Lakukan,  misalnya, dengan membacakan Mazmur 117: “Pujilah Tuhan, hai segala bangsa, megahkanlah Dia, hai segala suku bangsa!”Jangan mengancam, menyindir, atau merendahkan jemaat.

5.      Tersenyumlah, tapi jangan bermain-main senyum kepada jemaat; jangan terlalu banyak menoleh-noleh ke arah pemain musik atau layar power point, dan jangan hanya menunduk malu. Terlalu sering atau terlalu lama menunduk menyiratkan ketidakjujuran dan keragu-raguan.

6.      Perhatikan bahasa tubuh. Jangan berdiri dengan miring dan malas-malasan. Jangan melipat tangan sebelah atau keduanya, di depan perut. Jangan berkacak pinggang. Biarkan tangan Anda terbuka, luwes, tidak ragu mengangkat tangan. Perhatikan cara bertepuk tangan Anda, karena bisa ditiru jemaat.

7.      Apabila diperlukan, beritahukan secara singkat sejarah munculnya sebuah nyanyian.

8.      Mengajarkan kepada jemaat bagaimana cara menyanyikan lagu yang sulit atau lagu baru, dengan baik dan benar, sehingga maksud dan pesan yang ingin disampaikan oleh lagu tersebut dapat tercapai. Sebaiknya dilakukan di awal sekali, 5 menit sebelum kebaktian dimulai (sebelum saat teduh). Ketika ibadah sudah berlangsung, dan jemaat salah menyanyikan nyanyian, Anda dapat menghentikan jemaat dan mengajarkan yang benar.

9.      Apabila Pemimpin Nyanyian Jemaat memutuskan untuk memimpin menyanyikan hymne, sebaiknya bait yang dinyanyikan tidak melompat, misalnya dari bait 1 melompat ke bait 3, dst. Jika baitnya cukup banyak, pemimpin jemaat untuk menyanyikannya dengan variasi, misalnya bait 1 dinyanyikan oleh seluruh jemaat, bait 2 oleh kaum perempuan, bait 3 oleh kaum pria, bait 4 oleh paduan suara, bait 5 kembali oleh seluruh jemaat. Sebetulnya ini juga berlaku untuk semua lagu.

10.  Jangan mengkritik para pemain musik atau membantah mereka di depan umum. Jangan pula menggelengkan kepala ketika mendengar anggota tim musiknya (cantoria) melakukan kesalahan.

11.  Dalam ibadah kontemporer (ibadah masa kini yang lebih bebas), penggunaan “kode jari” juga penting diketahui, sebagai sarana komunikasi antara pemimpin nyanyian jemaat dengan pemusik pengiring. Diantaranya:

1)      Jari telunjuk (satu jari). Tanda bahwa lagu dinyanyikan dari bagian awal sekali.
2)      Jari telunjuk dan Jari Tengah (dua jari). Tanda bahwa lagu dinyanyikan dari refrain.
3)      Jari kelingking (satu jari). Tanda bahwa bagian terakhir sekali dari lagu diulangi satu kali.
4)      Jari kelingking dan jari manis (dua jari). Tanda bahwa bagian terakhir sekali dari lagu diulangi dua kali.
5)      Jari kelingking, jari manis, dan jari tengah (tiga jari). Tanda bahwa bagian terakhir sekali dari lagu diulangi tiga kali.
6)      Jari jempol mengarah ke atas (satu jari). Tanda bahwa nada dasar harus dinaikkan.
7)      Jari telunjuk (satu jari) diputar-putar. Musik terus dimainkan (meskipun saat itu pujian jemaat tidak lagi dinyanyikan).
8)      Tangan mengepal. Tanda bahwa lagu berakhir atau musik diam.
9)      Tangan terbuka memotong leher. Tanda bahwa nada dasar harus diturunkan.

Perlu diperhatikan agar ketika pemimpin nyanyian jemaat memberikan kode-kode ini kepada pemusik, tidak dilakukan terlalu mencolok sehingga dilihat jemaat, karena dapat mengalihkan perhatian jemaat (cukup mengganggu).

12.  Pemimpin nyanyian jemaat hendaknya jangan berdiri di depan loudspeaker (pembesar suara) ketika sedang memegang mikrofon dalam kondisi menyala, karena dapat menimbulkan feedback. Pemimpin nyanyian jemaat hendaknya memegang mikrofon dengan mantap; hindari sikap tangan atau jari yang tidak perlu, misalnya memegang mikrofon dengan jari manis dan jari kelingking di angkat.

KESIMPULAN: SONG LEADER DI HKI

Apa itu songleader? Song = nyanyian; leader = pemimpin. Jadi songleader adalah pemimpin nyanyian dalam ibadah. Apa fungsi dari songleader? Fungsi songleader adalah memimpin jemaat bernyanyi sesuai dengan apa yang tertulis dalam nyanyian dari buku nyanyian yang dipakai atau diakui oleh HKI (Buku Ende, Kidung Jemaat dan Pelengkap Kidung Jemaat, Nyanyian Rohani, Nyanyian Kidung Baru, dll) baik dalam notasi, rhythm, irama dan tempo yang diinginkan oleh pencipta lagunya. Saat ini sudah banyak gereja-gereja di HKI yang menggunakan songleader dalam ibadah, namun banyak dari mereka tidak memahami apa itu songleader. Mengapa disebut demikian? Karena banyak songleader di gereja mengartikan songleader itu adalah penyanyi solo. Hal ini dapat terlihat suara songleader jauh lebih kuat dari jemaat, sehingga jemaat dibuat jenuh dan akhirnya malas untuk bernyanyi dikarenakan mereka merasa tidak lagi ada gunanya bernyanyi karena sudah didominasi oleh songleader. Dan yang lebih parah lagi, banyak songleader bernyanyi tidak sesuai dengan notasi yang tertulis, itu sama saja dengan tidak ada gunanya songleader, malah bisa dikatakan sok pamer (maaf jika terlalu kasar), karena songleader bukanlah penyanyi solo, ataupun guru menyanyi tapi songleader adalah menjadi panutan bagi jemaat untuk bernyanyi dengan benar, baik dari teori musik maupun dari rasa lagu yang dinyanyikan. Jadi apa saja modal yang harus didapat oleh songleader?

  1. Pelayanan
Seorang songleader adalah pelayan Tuhan yang bekerja di ladang Tuhan. Seorang pelayan dituntut bekerja tanpa menuntut lebih kepada dirinya, karena apa yang kita dapat semua itu berasal dari Tuhan. Song leader dituntut dapat bernyanyi dalam roh, hal ini diharapkan agar pada saat bernyanyi dapat menghayati lagu yang dinyanyikan sesuai dengan permintaan lagu yang dinyanyikan. Misalnya lagu pada saat mengaku dosa (manopoti dosa), dinyanyikan dengan perasaan mendalam karena lagu tersebut lebih diarahkan kepada lagu penghiburan ataupun mengingat pengorbanan Tuhan Yesus untuk kita manusia. Namun pada saat lagu sukacita, songleader harus mampu menyanyikan lagu yang dibawakan dengan hati yang sukacita. Song leader juga diharapkan mempunyai sifat rendah hati dan penyabar, kenapa? Karena banyak songleader menjadi merasa super dan tinggi hati karena mereka merasa mereka sangat pintar dan menjadi orang penting dengan posisi mereka dan tidak lagi mau mementingkan kepentingan disekelilingnya. Misalnya songleader tidak mau perduli apakah suaranya lebih mendominasi atau dia tidak bisa dikritik karena suaranya lebih menonjol, notasinya salah, dll. Hal ini bisa menyebabkan batu sandungan bagi banyak orang dan membuat hati orang menjadi berdosa dikarenakan sikap kita. Persiapan dari seorang songleader adalah dia merasa dirinya bukanlah seorang penyanyi atau pun seorang super, tapi dia menyadari bahwa pekerjaannya adalah suatu pekerjaan sukarela dan tidak terpaksa, menyadari mereka terpanggil dikarenakan mereka punya talenta yang luar biasa diberikan Tuhan dan mereka memberikan talenta itu kembali untuk diberikan kepada gereja/jemaat yang membutuhkan. Selain itu mereka juga harus mempunyai kesungguhan dan keseriusan dengan memakai kesempatan yang ada untuk pembelajaran (disiplin). Disiplin dalam melatih vokal dan seirama dengan pemain organ (pengiring lagu/nyanyian).

  1. Vokal
Seorang songleader dituntut dapat bernyanyi dengan baik, tapi bukan dituntut menjadi seorang penyanyi (dalam arti kata seperti artis). Songleader mempunyai modal suara yang baik (tidak fals atau goyah), untuk mendapatkan vokal ataupun suara yang diinginkan haruslah belajar teknik vokal. Songleader haruslah mempunyai rasa percaya diri yang tinggi (hati-hati: bukan mengarah ke sombong) agar suara yang dikeluarkan tidak fals atau goyah. Suara yang diinginkan dalam bernyanyi adalah suara yang merdu bukan suara cempreng, kasar, singil, dll yang memekakkan telinga pendengar. Jangkauan suara yang diinginkan juga harus dapat dinyanyikan dengan baik, misalnya jangkauan yang tinggi tidak menjerit dan jangkauan rendah tidak terdengar suara tercekek malah kadang tidak terdengar. Penyebutan a, i, u, e, o dalam vokal harus jelas, dimana bentuk mulut dan rahang yang benar akan membentuk vokal kearah yang baik dan merdu.

  1. Teknik bernyanyi
Seorang songleader diharapkan mempunyai modal memahami teori musik, dengan mengenal notasi, rhythm, irama dan tempo, dll. Memang tidak semua songleader dapat mengenal teori musik, namun semua itu dapat tertutupi jika dapat bekerja sama dengan pemain musiknya (pengiring nyanyian). Dengan kerja sama yang baik akan mendapat hasil yang baik pula. Jadi sangat dituntut kepada songleader ataupun pengiring untuk dapat mengenal teori musik dengan baik, tanpa itu akan sia-sia. Selain itu songleader juga diharapkan mempunyai teknik pernafasan dengan baik dan benar, karena akan tidak enak terdengar jika seorang songleader bernyanyi dengan nafas yang terputus-putus atau tersengal-sengal, membuat orang yang mendengarnya merasa jengah dan cape. Seorang songleader juga dituntut dapat memakai microphone dengan baik, karena akan terdengar tidak enak jika suara tinggi dinyanyikan dengan posisi mic dekat ke mulut akan terjadi suara sound system berbunyi nyaring dan yang mendengar akan menutup telinganya dan sebaliknya jika terlalu jauh akan dipastikan suara tidak terdengar oleh jemaat. Pemakaian artikulasi dalam menyebut kata haruslah jelas terlebih pada penekanan akhir kata seperti Tuhan diucapkan jadi Tuha, dll.

  1. Pembawaan lagu
Songleader diharapkan dapat membawakan lagu dengan baik dan indah, hal ini bisa didapat dengan membawakan nyanyian melalui sisi penghayatan yang baik. Dimana penghayatan yang diinginkan dapat menggugah orang yang mendengarnya dan ikut merasakan apa yang kita rasakan. Jika kita tidak mengerti apa yang tertuang dalam syair lagu bisa dipastikan orang yang mendengarnya juga tidak merasakan apa-apa alias mati rasa. Banyak orang menyanyikan lagu yang girang dinyanyikan dengan tempo yang lambat dan sebaliknya tempo yang lambat/anggun dinyanyikan dengan tempo dan rasa yang sukacita. Lagu yang harusnya dinyanyikan dengan setengah suara dinyanyikan dengan suara yang menjerit begitu juga sebaliknya.

PENUTUP

Jelas seorang songleader bukanlah penyanyi (artis) tapi songleader adalah pelayan Tuhan yang membimbing jemaatnya bernyanyi dengan benar dan mengarahkan hati dan pikirannya lebih dekat ke Tuhan melalui puji-pujian. Dengan memberikan hati dan pikiran kita untuk gereja, Tuhan pasti memberikan yang terbaik untuk kita. Selamat berlatih dan selamat melayani. Tuhan memberkati.


Sumber:

GKI, BPMS.
2012          Musik Dalam Ibadah Komisi Liturgi dan Musik Sinode GKI.
Jakarta: Grafika KreasIndo.

Hibbert, Mike, dan Viv Hibbert.
2001          Pelayanan Musik, terj. Hariyono dan Xavier Q.P.
Yogyakarta: Andi

Mawane, M.Th.
2004          Gereja yang Bernyanyi: Menghidupkan Ibadah dengan Lagu.
Yogyakarta: Andi

Osbeck, Kenneth W.
1982          101 Hymn Stories.
Grand Rapids: Kregel Publications

Suryana, Yusak I.
2010          Story Behind the Song Hymne & Kontemporer (Kisah di Balik Lagu).
Jakarta: YIS Production.


1 komentar: